Minggu, 16 Desember 2012

Musytarak al-Lafdzi



A.                Definisi al- Musytarak al-Lafdzi
            Terdapat dua aliran dalam kajian definisi musytarak al-lafdzi; al-Qudama’ (ilmuan klasik) dan al-Muhdatsin (ilmuan modern).
Definisi al-Musytarak al-Lafdzi menurut ilmuan klasik diantaranya dikemukakan oleh[1]:
-          Menurut Imam As Suyuti, al-musytarak al-lafdzi yaitu  suatu lafadz (lafadz yang satu) tapi menunjukkan dua makna yang berbeda.
-          Amali, mengatakan bahwa musytarak al-lafdzi yaitu satu lafadz yang mempunyai dua makna yang berbeda atau lebih.
            Sedangkan ilmuan modern, menurut Wâfi[2], yang dimaksud dengan اشتراك اللفظي  adalah:

لِلْكَلِمَةِ الْوَاحِدَةِ عِدَّةُ مَعَانٍ تُطْلَقُ عَلىَ كُلّ منْهَا عَلىَ طَرِيْقِ الحَقِيْ قَةِ لاَ الْمَجَاز
Artinya: “Satu kata mengandung beberapa arti yang masing-masingnya dapat dipakai sebagai makna yang denotatif (hakikat) dan bukan makna konotatif (majaz).”
Kata “اىخاه ” misalnya, bisa berarti: paman, tahi lalat di wajah, awan, dan onta yang gemuk.
                        Ya’qub, mendefisikan musytarak yaitu: “Setiap kata yang mengandung lebih         dari dua makna, antara yang satu dengan yang lain tidak ada persamaan[3]
                                    Secara etimologi kata polisemi (Indonesia) diadopsi dari polysemy (Inggris), sementara Polysemy diadopsi dari Bahasa Yunani: “Poly” artinya banyak atau bermacam-macam, dan “Semy” berarti arti.
               Secara terminologis, polisemi menurut Palmer (1976: 65) di dalam Pateda, adalah: It is olso the case that same word may have a set of different meanings. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, polisemi adalah: “Bentuk bahasa (kata, frase dsb.) yang mempunyai makna lebih dari satu”.  
                        Dari defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa polisemi adalah leksem yang mengandung makna ganda. Karena kegandaan makna seperti itulah maka pendengar atau pembaca ragu-ragu menafsirkan makna leksem atau kalimat yang didengar atau yang dibacanya. Sebagai contoh kata „paku‟. Kata ini bisa bermakna paku yang digunakan memaku pagar, peti. Atau juga bisa bermakna „sayur paku‟. Untuk menghindarkan kesalahpahaman, tentu kita harus melihat konteks kalimat, atau bertanya pada pembicara apakah yang ia maksudkan dengan kata yang bermakna polisemi tersebut[4].
B.  Sebab-sebab Musytarak al-Lafdzi
     Menurut Pateda[5], di antara penyebab terjadinya kata-kata yang bermakna   polisemi adalah:
            1. Kecepatan melafalkan leksem, misalnya; /bantuan/ dan /bantuan/. Apakah ban   kepunyan tuan, atau bantuan?.
          2. Faktor Gramatikal, misalnya kata /orangtua/. Kata ini bisa bermakna ayah/ibu, atau orang yang sudah tua.
        3. Faktor leksikal, yang dapat bersumber dari (i). Sebuah kata yang mengalami  perubahan pemakaian dalam ujaran yang mengakibatkan munculnya makna baru.   Misalnya kata makan yang biasa dihubungkan dengan kegiatan manusia atau binatang memasukkan sesuatu ke dalam perut, tetapi kini kata makan dapat digunakan pada    benda tak bernyawa sehingga muncullah urutan kata makan sogok, rem tidak makan,makan angin, makan riba, dimakan api, pagar makan tanaman. (ii). Digunakan pada       lingkungan/konteks yang berbeda, misalnya kata operasi, bagi seorang dokter dihubungkan dengan pekerjaan membedah bagian tubuh untuk menyelamatkan nyawa; bagi militer dikaitkan dengan kegiatan untuk melumpuhkan musuh atau memberantas kejahatan; dan bagi Departemen Tenaga Kerja dihubungkan dengan salah satu kegiatan yang akan atau sedang dilaksanakan. Seperti dalam kalimat Departemen Tenaga Kerja sedang melakukan operasi purna bhakti agar setiap perusahaan mematuhi peraturan ketenaga-kerjaan.
            4. Faktor pengaruh bahasa asing, misalnya leksem /item/, kini digunakan leksem     /butir/ atau /usur/.
            5. Faktor pemakai bahasa yang ingin menghemat pengguaan kata. Maksudnya dengan satu kata, pemakai bahasa dapat mengungkapkan berbagai ide atau perasaan yang terkandung di dalam hatinya. Seperti kata /mesin/ yang biasanya dihubungkan   dengan /mesin jahit/. Manusia kemudian membutuhkan kata yang mengacu kepada mesin yang menjalankan pesawat terbang, mobil, motor, maka muncullah urutan kata  /mesin pesawat/ dan /mesin mobil/.
            6. Faktor pada bahasa itu sendiri yang terbuka untuk menerima perubahan, baik     perubahan bentuk maupun perubahan makna. Tentusaja hal ini berhubungan faktor  poin ke-5 di atas.

                        Menurut qudama’, definisi kalimat musytarok al-lafdzi telah ditemukan pada         kitab “al-Munjid” dijelaskan bahwa sebab-sebab musytarok al-lafdzi ada banyak       diantaranya[6]:
1. Sebab internal
2. Sebab eksternal (perbedaan lingkungan). Adapun faktor eksternal ini dibagi menjadi dua, diantaranya:
-  Perubahan dalam pengucapan
-  Perubahan dalam makna
            Perubahan dalam pengucapan ada dua “al-qolbu al-makani, wa al-ibdal”. Sedangkan perubahan dalam makna juga ada dua “ maqsud , wa tilqooii ” .
            Sementara itu, ilmuan modern tidak memiliki banyak perbedaan dengan qudama’(klasik) terkait sebab-sebab musytarak al-lafdzi. Ibrahim Anis menambahkan sebab lain musytarak al-lafdzi[7]:
-          Percampuran dari bahasa asing
-          Perkembangan makna kalimat dalam lahjat
                        Sementara itu, faktor-faktor lain penyebab banyaknya polisemi dalam bahasa         Arab secara khusus dapat disebutkan sebagai berikut[8]:
            a. Lebih diakibatkan oleh adanya macam-macam dialek dalam bahasa Arab tersebut.         Sementara banyaknya dialek lebih diakibatkan oleh banyaknya kabilah, dan setiap kabilah memiliki dialek masing-masing. Macam-macam dialek ini dikodifikasikan dalam beberapa mu’jam, sehingga tersusunlah macam-macam kata dengan berbagai makna yang terkandung di dalamnya, bahkan satu kata dapat dipastikan mengandung  lebih dari satu arti. Disinilah letak polisemi dalam bahasa Arab.
            b. Karena perkembangan fonem (bunyi) dalam Bahasa Arab, baik itu terjadi karena naqish (pengurangan), ziyadah (penambahan) maupun naql al-Harfi (pergantian     huruf). Melalui proses ini banyak kata-kata yang menyatu dengan arti kata lain yang            berbeda artinya.
            c. Perubahan sebagian kata dari arti yang hakiki kepada arti yang metaforis, karena            adanya keterkaitan arti dan seringnya dipakai arti metaforis tersebut menjadi kata   hakiki. Seperti kata عينyang artinya "mata‟ diartikan dengan الجارية(pelayan, gadis), عينdiartikandengan  الأفضل الأشياء و احسنهاsesuatu yang paling uatama dan yang paling baik. Juga عين diartikan dengan “mata uang emas atau perak.‟
            d. Perubahan morfologi (tashrif) yang terjadi pada dua kata yang sama bentuknya.Dari bentuk tersebut timbul arti yang bermacam-macam karena perbedaan bentuk masdar-nya.

C.           Pengaruh Musytarak al-Lafdzi
            Pegaruh Positif dari polisemi :
1. Dengan adanya kalimat yang berdiri sendiri pada setiap sesuatu seperti yang telah kita dapatkan dari beberapa perkataan, fikiran manusia tidak akan menerima begitusaja melainkan akan ada penyaringan makna terlebih dahulu .
 Contohnya : membasuh , membasuh kepala, membasuhkan orang lain, membasuhkan kepala orang lain dan seterusnya .
2. Istighlal Ghumudh khusus dari beberapa uslub khusus.
Dan beberapa contoh yang di ambil dari bahasa arab untuk Istighlal sastra arab diantaranya :
a. Firman Allah dalam Al Quran yang berbunyi :
ويوم تقوم الساعة يقسم المجرمون ما لبثـوا غير ساعة .  . . الأية
Kalimat pertama yang bergaris bawah dan kalimat kedua yang bergaris bawah        berbeda artinya , kalimat yang pertama diartikan dengan hari kiamat , sedangkan             kalimat yang kedua diartikan sebagai waktu .
   b. Rasulullah S.A.W bersabda :
اللهم كما حسنت خلقى فحسن خلقى
Kalimat pertama yang bergaris bawah dan kalimat kedua yang bergaris bawah        berbeda artinya , kalimat yang pertama diartikan dengan pakaian , sedangkan kalimat      yang kedua diartikan dengan akhlaq.
   c. Abu Tamam berkata :
ما مات من كرم الزمان فإ نه       يحيا لدى يحيى بن أحمد
     Kalimat pertama yang bergaris bawah dan kalimat kedua yang bergaris bawah        berbeda artinya , kalimat yang pertama diartikan dengan hidup , sedangkan kalimat         yang kedua diartikan dengan nama Yahya .
      3. Menggunakan lafadz pada makna majazi menjadikan polisemi lebih bersastra,    apalagi muncul majaz – majaz yang baru yang belum ada sebelumnya .
     Contoh :
v     طار الفارس فى الطريق
v     بكت الأخلاق موت فلان
v     ضحكت الأشجار
                 Dengan beberapa contoh diatas para sastrawan telah membuat si pembaca untuk ikut         dalam hayalan yang telah di tulis oleh mereka.
      4. Banyaknya penggadaan ( tambahan )  makna atau perpindahan makna dikarenakan        banyaknya makna yang ada pada kamus,dan banyaknya penolakan yang terjadi pada        kehidupan kita sehari hari pada bahasa yang biasa kita pakai .
     Dan ini kebanyakan digunakan pada anggota tubuh manusia yang di majazkan .
     Contohnya :
v     أنف الرجل
v     رجل الكرسى
v     عنق الزجاجة
v     عين الإبرة
v     حاجب الشمس
v     صدر النهر
            Pengaruh Negatif dari polisemi[9]:  
1. Berpindahnya salah satu makna dan meninggalkan makna lain dikarenakan bertolak belakang dengan makna lain dan banyaknya perpindahan makna dan menetapnya makana yang kedua disebabkan karena ihtikak.
    
Syarat-syarat jika terjadi ihtikak antara lain :
a. Kedua kalimat harus dipakai pada suatu pola bahasa tertentu dan pada golongan masyarakat tertentu pula.
           Contoh :
           Pada kalimat A Near dan kalimat An Ear , kedua kalimat tersebut dipakai dalam bahasa inggris dimana antara kalimat pertama dan kedua berbeda jauh       artinya . Kalimat A Near berarti Dekat dan Kalimat An Ear berarti Telinga .        Meskipun penulisan keduanya sama persis tampa ada perbedaan huruf sama   sekali .
                   b. Harus ada dalam fatroh satu waktu .
                   c. Berkembangya kalimat polisemi ke dalam suatu bentuk kalam dan                                   diharapkan ada dalam susunan nahwiyah.
       2. Menetapnya dua kalimat dengan rujukan fanomena dari luar untuk memperkuat             makna yang di inginkan .
      3. Berubahnya bentuk dari salah satu kalimat sehingga diambil bentuk yang khusus            yang lebih baik dibanding kalimat-kalimat yang lain.
      4. Menghapus penggunaan sebagian kata yang diharapkan pengucapannya dengan             mengganti suara tertentu ,karena jika demikian dilakukan akan timbul kalimat yang         lain dalam suatu tata bahasa.
     5. Adanya pembatasan dalam penggunaan suatu kalimat .

D. Contoh dan Perbedaan Polisemi Dengan Homonim
            Perbedaan polisemi dengan homonimi, yaitu homonim bukanlah sebuah kata, melainkan dua buah kata atau lebih yang kebetulan bentuknya sama. Tentu saja karena homonimi ini bukan berasal dari sebuah kata, maka maknanya pun berbeda.
Contoh :
Kata  (1)  pak  ‘ panggilan kepada laki-laki dewasa’ dan (2)   pak ‘ bungkusan’      
Kata (1) berasal dari kosa kata bahasa Indonesia, sedangkan kata (2) adalah serapan dari bahasa asing. Kata (1) dan kata (2) adalah dua kata yang berbeda tetapi kebetulan memilik bentuk / pelafalan yang sama.

Sebaliknya, bentuk-bentuk polisemi adalah sebuah kata yang memiliki makna lebih dari satu. Ada satu lagi perbedaan antara homonim dan polisemi, yaitu makna-makna pada bentuk-bentuk homonim tidak ada kaitan atau hubungannya sama sekali antara yang satu dengan yang lain. Makna pada kata berpolisemi masih ada hubungannya karena memang dikembangkan dari komponen-komponen makna kata-kata tersebut.
Contoh  :
denotatif
konotatif
mata
mata-mata
mata jarum
mata hati
matahari
mata angin
kelopak mata
biru
darah biru
cetak biru
haru biru
makan
makan hati
makan angin
makan tanah

  Contoh penggunaan kata bermakna konotatif dalam kalimat :

‘kepala’
-        Kepala sekolah baru kami sudah bertugas.
-        Jangan sampai pujian membuat kita besar kepala.
-        Warna kepala jarum itu mulai terkelupas.
-        Logo pada kepala surat itu sangat unik.
-        Ayah adalah seorang kepala keluarga.
-        Tiap kepala diminta menyumbang satu sak semen.
-        Adik malu karena diolok Si Kepala Kosong setelah mendapat nilai rendah.

‘ekor’
-        Ibu selalu mengikat rambut adik model ekor kuda
-        Jangan hanya bisa jadi pengekor !
-        Harga ayam di sini Rp 25.000/per ekor
-        Dia melirik dengan ekor matanya
-        Bangkai ekor pesawat yang jatuh itu terpisah jauh dari bagian yang lain.

‘bunga’
-        Mindi adalah bunga desa di Kelurahan Sukamaju.
-        Dia gugur sebagai bunga bangsa.
-        Bank konvensional biasa memberi bunga bank
-        Mimpi adalah bunga tidur.


[1] Ahmad Mukhtar Umar, ‘Ilm al-Dilalah, Kuwait: Maktabah Dar al-Arabiyah li al-Nasr wa al-Tauzî, 1988, h.158
[2] Ali Abd. al-Wâhid Wâfi, Fiqhu al-Lugah, Kairo: Lajnah al-Bayân Al-Arabiyah, 1962, h. 183.
[3] Imil Badi‟ Ya‟qûb, Fiqh al-Lughah wa Khashâishuhâ, Beirut: Dâr al-Tsaqâfah al- Islâmiyah, T.Th.). h.178.
[4] Mansur Pateda, Semantik Leksikal, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2001, h. 213-214.
[5] Ibid., h. 214-216
[6] Ahmad Mukhtar Umar, op.cit, h. 159-160
[7] Ibid., h. 190
[8] Ali Abd. al-Wâhid Wâfi, op.cit. h. 186

[9] Ahmad Mukhtar Umar, op.cit, h. 184-188